Banggalah Sebagai Petani

Alam menyapanya lewat alunan kumandang subuh. Dia terbangun dari mimpinya. Segera bangkit dari pembaringan lalu berdoalah dia pada Sang Pemilik Dunia. Tak lama lelaki separuh abad itu mengambil topi penutup kepala. Diambialnya seperangkat piranti lalu dia pergi menuju suatu tempat. Tempat dimana dia menggantungkan nasib diri dan keluarganya. Lelaki tua itu tak memperdulikan perutnya yang belum terisi, dia langsung melangkahkan kakinya pada tanah berlumpur. Padi yang telah menguning dibabat untuk dipanen.



Hingga matahari tepat di atas kepalanya barulah dia selesai melakukan pekerjaannya. Siang itu matahari membakar badannya yang hitam bertambah gelap kelam. Ooohh Tuhan.... dia berucap menyebut Tuhannya. Diminumnya air yang dibawanya dari rumah. Keringat keluar bercucuran, tangannya pun terlihat agak gemetar karena perut rupanya protes karena belum dapat jatah. Lelaki tua yang juga bapak dari anak-anaknya kemudia membawa panenannya itu dengan badan yang telihat lunglai. Demi menghidupi anak dan istrinya sang bapak tak memperdulikan beban yang sangat berat di pundaknya. Badan hitam terbakan panasnya mentari, rasa gatal di kulit dan letihnya tak menjadikan rintangan itu menurunkan semangatnya. Dalam pikirannya yang ada adalah anak istriku harus hidup hari ini, harus makan hari ini dan harus sekolah hari ini.



Ya Allah ya Robbi.... Pahlawan itu pun dengan sabar melakoni nasibnya. Meskipun dia sering tersingkir dari peredaran kehidupan yang egois yang tidak mau mengenal dan seakan tidak mengakui keberadaannya di kehidupan ini. Zaman yang begitu maju menjadikan manusia lupa dengan orang yang nasibnya berada dibawahnya, orang yang sebenarnya berjasa besar bagi kehidupan dunia.



Terima kasih PETANI...
Salut dan Hormat beribu hormat ku buat mu...
Engkau telah berjasa bagi negara
Engkau telah berjasa bagi duni
Meski dunia cuex menganggapmu tiada arti
Meski dunia menyingkirkanmu
Meski dunia merasa gengsi dengan pribadimu
Meski dunia egois dan tak memikirkan kehidupanmu
Namun semangatmu tak pernah surut



Petani......Petani......
Kapan nasibmu bisa berubah, dipandang hormat oleh dunia. Sekarang ini mana ada orang yang mau berprofesi sebagai petani?? Petani seakan dianggap sebagai pekerjaan yang tak bermartabat. Padahal dari tangan petani-lah milyaran manusia di bumi ini dapat makan dan hidup.



Kawan..... janganlah engkau melupakan jasa para petani. Nenek moyang kalian-pun berasal dari petani. Di zaman Bung Karno jasa petani sangat dihargai. Banyak orang yang terjud sebagai petani dan mereka bangga. Di zaman pak Harto juga petani pernah mengalami masa keemasannya hingga dapat hidup makmur dan sejahtera. Predikat swasembad beras-pun di nobatkan bagi Repuklik bangsai ini. Namun sayang sekan semua itu kini tinggal harapan. Kebanyakan dari kita kini merasa malu dan gengsi untuk terjun dalam dunia Tani. Bahkan banyak anak muda yang tak mengakui kalau orang tuanya adalah petani.


Kawan.... Tak perlu kau merasa malu. Petani adalah sebuah predikat mulia. Petani adalah sang pahlawan. Berbanggalah kalian yang orang tuanya mendapat predikat mulia itu.


Teruslah maju petani Indonesia
Jasamu akan terus kamu butuhkan
Aku bersumpah... jika nanti Tuhan memberi amanat kepeminpinan pada diri ini.
Akan aku perjuangkan nasibmu. Akan ku jadikan dunia ini mau melihatmu.



Penulis: Mr.Zer0 aka pangeran.antok
Seorang yang menginginkan keadilan dan hancurnya kesombongan!!
Share on Google Plus

About Elmirakom

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment